Kampung Lali Gadget, Perwujudan Pendidikan Non Formal di Masyarakat

Di era digital yang serba modern, ketergantungan terhadap gawai (gadget) menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari. Penggunaan gawai yang berlebihan, terutama oleh anak-anak dan remaja, sering kali membawa dampak negatif, seperti menurunnya interaksi sosial, gangguan kesehatan mental, dan melemahnya keterampilan hidup. Menyadari hal ini, sebuah inisiatif luar biasa oleh Achmad Irfandi, M.Pd di Desa Dusun Bendet, Desa Pagerngumbuk 02/03, Kecamatan Wonoayu, Kab Sidoarjo. Jawa Timur. 61261, Jawa Timur, dengan mendirikan "Kampung Lali Gadget" sebagai desa wisata berbasis pendidikan non formal.
Konsep Kampung Lali Gadget
"Kampung Lali Gadget" (KLG), yang dalam bahasa Indonesia berarti "kampung lupa gadget," adalah sebuah kawasan yang dirancang untuk mengajak anak-anak, remaja, hingga orang dewasa melepaskan diri dari ketergantungan pada gawai. Dengan mengusung konsep edukasi yang menyenangkan, desa wisata ini menyediakan berbagai kegiatan interaktif yang berfokus pada pengembangan keterampilan sosial, cinta lingkungan, dan kreativitas.
Program-program yang ditawarkan di KLG meliputi:
Kegiatan Alam: Peserta diajak untuk berkebun, memanen hasil tani, dan mengenal flora serta fauna lokal.
Permainan Tradisional: Anak-anak diperkenalkan kembali pada permainan tradisional yang mengedepankan kerja sama dan keterampilan motorik, seperti gobak sodor, egrang, dan lompat tali.
Pelatihan Keterampilan Hidup: Peserta dapat belajar membuat kerajinan tangan, memasak makanan tradisional, hingga mengenal proses pengolahan hasil bumi.
Kegiatan Seni dan Budaya: Anak-anak diajarkan seni tari, musik tradisional, dan cerita rakyat untuk melestarikan kebudayaan lokal.
Peran sebagai Pendidikan Non Formal
Kampung Lali Gadget berperan sebagai bentuk pendidikan non formal yang menjembatani kebutuhan belajar masyarakat di luar lingkungan sekolah formal. Dalam suasana yang santai dan alamiah, peserta didik diberikan pengalaman langsung yang merangsang kecerdasan emosional, keterampilan sosial, dan nilai-nilai kehidupan. Beberapa manfaat utama pendidikan non formal di KLG adalah:
Penguatan Karakter: Melalui aktivitas seperti kerja sama tim, gotong royong, dan kepedulian terhadap lingkungan, anak-anak belajar nilai-nilai moral yang esensial.
Pengurangan Ketergantungan Gawai: Dengan memanfaatkan waktu untuk kegiatan positif, peserta perlahan dapat mengurangi kebiasaan bermain gawai.
Peningkatan Keterampilan Hidup: Pelatihan seperti berkebun dan membuat kerajinan membantu anak-anak memahami pentingnya kerja keras dan kreativitas.
Daya Tarik Wisata Edukatif
Kampung Lali Gadget juga menjadi destinasi wisata edukasi yang menarik bagi keluarga, sekolah, dan komunitas. Pengunjung tidak hanya menikmati keindahan alam Trawas yang asri, tetapi juga memperoleh pengalaman mendidik yang tidak terlupakan. Paket-paket wisata yang ditawarkan mencakup kegiatan harian hingga program menginap, di mana peserta dapat merasakan kehidupan pedesaan yang otentik.
Dampak Positif bagi Masyarakat Lokal
Selain memberikan dampak positif bagi pengunjung, Kampung Lali Gadget juga membawa manfaat besar bagi masyarakat setempat. Dengan berkembangnya desa wisata ini, penduduk lokal memperoleh lapangan kerja baru, mulai dari pemandu wisata, instruktur kegiatan, hingga pengelola homestay. Selain itu, pelestarian budaya dan lingkungan menjadi prioritas utama, menciptakan harmoni antara kebutuhan modern dan tradisi lokal.
Kampung Lali Gadget adalah contoh nyata bagaimana pendidikan non formal dapat diterapkan secara kreatif untuk menjawab tantangan sosial di era digital. Dengan pendekatan yang menggabungkan edukasi, rekreasi, dan pelestarian budaya, desa wisata ini tidak hanya membantu anak-anak lepas dari ketergantungan pada gawai, tetapi juga membangun karakter dan keterampilan yang berguna bagi masa depan. Kampung ini menjadi inspirasi bagi banyak komunitas untuk menciptakan inisiatif serupa, yang mengutamakan keseimbangan antara teknologi, budaya, dan kehidupan manusia.